Sabtu, 15 Maret 2014

Rhein II oleh Andreas Gursky, Bagaimana Bisa Menjadi Foto Termahal di Dunia ?

3/15/2014
Foto Termahal Dunia : Rhein II oleh Andreas Gursky
Rhein II oleh Andreas Gursky Terjual lebih dari 4,3 juta dolar

Ketika saya pertama kali menemukan sebuah artikel yang membahas tentang daftar foto paling mahal di dunia, Saya merasa begitu bersemangat ingin tahu seperti apa foto termahal yang berhasil dilelang hingga lebih dari 4.3 juta dolar itu. Selain itu saya merasa perlu memahami apa saja yang membuat foto tersebut menjadi begitu bernilai.

Kesan pertama saya saat melihat foto itu adalah saya sama sekali tidak menyukainya. Dalam hati saya bertanya, mengapa foto yang terkesan datar, tanpa subjek yang jelas dengan warna dan kontras yang begitu sederhana ini bisa memikat hati seseorang untuk mengeluarkan uang dengan nilai begitu besar. Tapi kemudian setelah mengamati lebih dalam selama beberapa saat, imajinasi saya mulai tumbuh, kemudian mengembara tanpa batas, sampai-sampai saya tidak sadar ternyata saya sudah memandanginya hingga lebih dari setengah jam. Foto ini diberi judul Rhein II dan diambil oleh Andreas Gursky pada tahun 1999.

Ada banyak faktor lain yang menentukan bagaimana foto ini menjadi berharga, seperti prestise sang fotografer, dan nilai portofolio dari hasil foto-foto mereka sebelumnya. Saat ini Andreas Gursky memang tercatat sebagai salah satu fotografer seni nomer satu di dunia. Jadi status sang seniman, dikombinasikan dengan kelangkaan dari jumlah dan ukuran cetaknya, dianggap cukup untuk membuat seorang kolektor berani mengeluarkan uang dengan jumlah begitu besar.

Apakah itu sepadan? Saya yakin foto ini bernilai karena kesan dan interpretasi sang kolektor. Mungkin bagi dia foto Rhein II memberikan makna mendalam tentang perjalanan hidupnya, atau membangkitkan kenangan masa lalunya terhadap lokasi foto itu diambil, tapi bagi Anda dan saya, mungkin foto ini tak lebih dari foto landscape biasa.

99 Cent II Diptychon Foto termahal duniaAndreas Gursky, sebelumnya juga tercatat pernah menghasilkan karya yang pernah dinobatkan sebagai foto termahal di dunia. Foto itu diberi judul '99 Cent II Diptychon', merupakan hasil jepretan dari keadaan di dalam ruangan sebuah supermarket. Foto 99 Cent terjual di balai lelang Sotheby's pada 7 februari 2007 dengan nilai 3,34 juta dolar AS. Kemudian pada sebuah sesi lelang di New York bulan mei 2006 dengan nilai 2,25 juta dolar, dan terakhir terjual 2,48 juta dolar pada bulan november 2006 di New York gallery. Menurut saya, ada lebih banyak elemen visual yang lebih baik saat melihat foto ini jika dibandingkan dengan Rhein II.

Jadi Andreas adalah seorang fotografer yang sangat mapan, dengan sejarah foto-foto berharga tinggi. Tapi lalu ini membuat saya dan mungkin sebagian besar fotografer yang melihat foto ini berpikir, 'saya bisa membuat foto seperti itu, atau bahkan lebih baik,' jadi mengapa harga foto Rhein II dan 99 Cent begitu mahal? Pertama, ada perbedaan yang sangat besar antara 'Saya bisa melakukannya' dengan 'Saya telah melakukannya, dan berhasil'. Sebuah tindakan membutuhkan ide dan visi. Ide yang cemerlang dan visi brilian tanpa eksekusi yang baik tidak akan menghasilkan nilai, begitu pula sebaliknya. Itulah yang tampaknya diterapkan oleh Andreas, saat pertama-kali melihat sebuah adegan yang terjadi, ia berhasil menangkap ide dan visinya dan kemudian menuangkannya kedalam sebuah gambar. Lokasi dan kejadian yang tampak sederhanapun ternyata bisa menjadi gambar yang bernilai jual tinggi.

Saya menilai foto Rhein II memang kurang memiliki bobot visual secara warna dan kontras, namun dengan beberapa garis horizontal yang menonjol, foto ini tampak begitu seimbang. Garis-garis ini memperkuat perasaan dinamis dan mengalir. Lebih dari itu, foto ini juga memberikan saya kesan tentang teori bahwa garis yang membujur dari awal hingga ke ujung frame, membuatnya tampak seolah-olah garis tersebut tidak terputus dan tanpa akhir. Ketika Anda mempertimbangkan bahwa ini sebenarnya adalah foto dari sebuah sungai, maka penilaian sayapun akan menjadi lebih signifikan. Sungai cenderung tidak mengalir dalam garis lurus, biasanya aliran sungai membentuk lengkungan dan kurva. Disinilah sang fotografer telah berhasil membuat pengamatan bagaimana seharusnya ia menentukan sudut pengambilan gambar yang tidak hanya baik, tapi yang lebih penting memberikan kesan unik dan berbeda terhadap anggapan umum tentang sebuah aliran sungai.

Warna yang ada juga terlihat mengalami desaturasi (penurunan derajat intensitas warna) yang mungkin hasil dari proses editing. Seluruh scene foto hanya terdiri dari dua warna utama, abu-abu dan hijau, yang mengingatkan saya pada teknik fotografi duotone hitam dan putih, di mana hanya dua warna yang digunakan. Urutan dari pengulangan warna-warna yang ada pada gambar inilah yang tampak begitu menarik, karena sulit untuk secara alami mencari pola pengulangan dan pengurutan blok warna seperti pada Rhein II. Mulai dari langit yang dominan di separuh atas bagian foto, kemudian sedikit porsi padang rumput hijau di seberang sungai, diselingi aliran sungai dengan nuansa abu-abu hasil biasan warna langit, kemudian hamparan rumput di tepian, jalan setapak yang melintas di bagian bawah frame dan terakhir rerumputan hijau sebagai bagian paling bawah dari foto ini.

Andreas Gursky tampaknya juga telah melanggar beberapa 'aturan' dasar komposisi dalam foto tersebut, dan dia telah melakukan hal yang saya tidak akan lakukan jika berhadapan dengan scene yang sama. Tapi foto ini kemudian berhasil menunjukkan bahwa aturan-aturan yang dibuat memang untuk dilanggar. Belajar komposisi adalah salah satu hal yang paling penting yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan teknik fotografi Anda, tetapi ketika Anda bisa mulai melupakan dan melepaskan diri dari batasan aturan teknis tersebut dan mulai membuat foto yang ditujukan untuk alasan yang berbeda, maka yakinlah, tanpa disadari Anda akan mendapatkan hasil foto yang jauh lebih baik, baik secara teknis maupun estetis.

TERPOPULER

Galeri

2014 Sony World Photography Awards

Kategori Terbuka

Kategori Nasional

Kategori Pemuda

Terkini